Liku-liku Kehidupan

Kehidupan tidaklah datar dan lurus, ada naik dan turun, ada belokan, ada tikungan tajam. Kehidupan ada gembira dan sedih, ada tawa dan tangis, ada untung dan rugi, ada sukses dan gagal. Liku-liku kehidupan keluarga rumah gadang Singkuang memang tidak mudah. Keluarga matrilineal menghendaki perempuan sebagai penerus keturunan, awalnya tidak ada anak perempuan dari nenek buyutku. 

Pengorbanan untuk mendapatkan anak perempuan dilakukannya, dengan cara berpisah dengan suami tercinta dan menikah dengan laki-laki lain. Anak perempuan itu bernama Buliah.  Penerus keturunan inilah yang berkembang, sehingga keluarga rumah gadang Singkuang, tidak perlu khawatir lagi akan punah.

Aku adalah generasi kedua nenekku Buliah, menjalani kehidupan berpindah-pindah dari Barus tempat kelahiranku ke kampung, kemudian pindah ke Padang, kembali lagi ke kampung, ke Payakumbuh, ke Batusangkar, ke Padang Panjang dan ke Padang lagi.  Berpindah-pindah itu karena orang tua berpindah tugas dan untuk melanjutkan Pendidikanku.  Liku-liku kehidupan masa kecil, remaja, keluarga dan pendidikanku, menggambarkan tentang aku.

Cerita tentang kita termuat dalam kegiatan jelong-jelong, aku dengan suamiku, dan teman-teman rombongan yang ikut. Bagaimana kebersamaan dalam perjalanan Panjang dari Padang menuju Nol Kilometer di Sabang Aceh.

Cerita tentang kamu tergambar dalam nilai-nilai kehidupan, serba-serbi dan puisiku. Pada ketiga judul itu pada dasarnya memuat nilai, nasehat, harapan, dan contoh persoalan untuk pembaca jadikan acuan. Sesuatu yang buruk dihindari dan yang baik pertahankan. Semoga menjadi pengingat dalam menjalani kehidupan.

Penulis : Afnibar

Versi Cetak : Tersedia

Versi Digital : Tersedia